Mendongeng  (hari 1)


26 April 2018

Akhir-akhir ini, bunda tidak lagi melakukan aktivitas mendongeng. Dik Bit lebih cepat tertidur jika diajak bercanda terlebih dahulu. Justru nampak bosan jika dibacakan buku atau didongengi. Dia lebih suka bergurau, gelitik-gelitikan, tertawa-tawa sampai lelah. Atau bermain tebak-tebakan sederhana sesuai yang dia pahami. Ditengah-tengah permainan, tiba-tiba saja dik Bit tertidur sambil masih menyisakan senyum di bibirnya. Mungkin karena sepanjang hari tidak bergurau dan bermain dengan bundanya, jadi ketika bertemu dik Bit lebih memilih untuk itu. Namun di saat bunda libur kerja, dik Bit mau mendengarkan dongeng menjelang tidur malam.

Sedangkan duo kakak, sudah lama mereka tidak berminat dengan dongeng. Mereka akan tertarik dan menyimak dengan seksama apabila Bunda bercerita tentang seputar kegiatan Bunda di kantor. Di sela-sela pembicaraan, mereka suka sekali bertanya tentang banyak hal baik yang bersumber dari cerita bunda atau hal-hal yang mereka temui di luar rumah. Jadi, duo kakak lebih suka mendengar cerita yang riil daripada dongeng fantasy seperti masa kecil mereka dulu.

Itulah sebabnya, Bunda sekarang jadi sangat jarang mendongeng. Bukan mencari-cari alasan pembenaran untuk itu, tetapi memang seperti itulah kenyataannya.

Jujur jauh lebih sulit menyampaikan cerita riil kepada anak-anak, apalagi yang masih berusia SD seperti duo kakak Fif dan Taz. Salah pemilihan kata, akan mengubah makna. Padahal, semua yang mereka dengar akan terekam dalam memori mereka menjadi dasar pengetahuan mereka. Apalagi jika yang menyampaikan adalah Bunda mereka yang merupakan madrasah pertama bagi anak-anak.

Karena itulah, Bunda memilih mendongeng secara prifat pada masing-masing anak sesuai kebutuhan mereka. Malam ini, kak Taz yang mendapatkan gilirannya. Tidak sengaja juga sih, karena situasinya yang memungkinkan untuk bunda bercerita.

Bunda ingin sekali membantu kak Taz belajar mengendalikan emosinya. Selama ini, di rumah, kak Taz memang paling gampang marah, bahkan karena hal kecil pun. Untuk itu, bunda menciptakan tokoh “Intan” dan “Sari” untuk visualisasinya.

Sambil menemani dik Bit tidur, Bunda mulai mengobrol dengan kak Taz. Di awali dengan sentuhan lembut di pipi sambil bertanya tumben agak cemberut. Dijawab kak Taz bahwa dia sedang marah.

Akhirnya, bunda mulai berkisah tentang dua tokoh yang dulu merupakan teman sekolah Bunda ketika SD. Intan yang pemarah dan Sari yang penyabar. Awalnya, tidak ada masalah, namun lama kelamaan, Intan mulai dijauhi teman-temannya karena sikapnya yang menang sendiri dan mudah emosi. Menurut teman-temannya, Intan sangat menyebalkan dan merepotkan karena membuat teman-temannya jadi ditegur guru ketika Intan menangis. Sedangkan Sari, memiliki banyak teman yang sangat menyayanginya karena dia sabar lembut dan suka membantu.

Kisah ditutup dengan senyum manis kak Taz yang berjanji ingin seperti Sari yang penyabar. Lalu kami bertiga pun tidur sambil berpelukan dan berbagi senyum hangat yang paling manis.



#tantangan10hari
#level10
#kuliahbunsayiip
#GrabYourImagination