Dampak Menyekolahkan Anak Terlalu Dini Terhadap Fitrah Seksualitas Anak


Penyaji : Kelompok 8

21 Mei 2018



Tantangan:
Maraknya pendidikan usia dini dan sebagian orang tua menganggap wajib hukumnya memasukkan anak mereka ke PAUD sebelum TK. Sementara dalam aturan Kemendikbud tidak wajib hukumnya memasukkan anak ke TK sebelum masuk SD.

Ternyata dalam penelitian disebutkan bahwa memisahkan anak dari orang tuanya berdampak serius pada masa depan si anak. Karena hampir sebagian besar penyelenggara pendidikan usia dini melakukan kesalahan. Salah satunya orientasi pada kemampuan intelektual secara dini akibatnya bermunculanlah anak anak ajaib dengan kepintaran intelektual luar biasa, anak yang tumbuh dewasa lebih cepat. Padahal jika anak anak tercabut dari masa kanak kanaknya maka lihatlah ketika anak anak itu menjadi dewasa maka ia akan menjadi orang dewasa yang kekanak kanakan"
(Harry Santosa, Fitrah Based Education hal 278-282 )

Contoh kasus penyimpangan mendidik anak:
-     Pada usia 0-7 tahun:
Menitipkan anak di bawah usia aqil baligh, terutama dibawah 7 tahun pada orang lain atau lembaga atau boarding school dengan alasan apapun kecuali wafat atau uzur. (Harry Santosa, Fitrah Based Education hal 269)
-     Pada usia 7-10 thn
Anak lelaki tidak didekatkan dengan ayah dan anak perempuam tidak didekatkan dgn ibu sehingga fitrah gender tidak tumbuh semestinya dan tidak memahami perbedaan peran sosial lelaki dan perempuan. (Harry Santosa, Fitrah Based Education hal 2947)

Penyebab maraknya PAUD dapat dijelaskan mengikuti teori tentang supply and demand. Yaitu ada pasar berpa masyarakat yang menghendaki dengan alasan:
  • Kompetisi makin keras, sehingga orang tua menghendaki generasi selanjutnya lebih cepat menguasai segala ilmu untuk memenangkan persaingan di masa depan.
  • Ayah dan ibu bekerja sehingga berpikir daripada anak diasuh ART tanpa mendapat skill apapun lebih baik dimasukkan ke PAUD atau daycare++
  • Ikut ikutan saja.
Dampak mengikutsertakan anak di pendidikan usia dini secara formal ketika anak belum siap antara lain :
  • Rawan muncul penyimpangan perilaku seksual dan kegamangan terhadap diri sendiri.
  • Hasil riset menemukan anak yg terpisah dari orang tua sejak dini yaitu usia 3-13 thn rawan mengalami kesedihan dan kecemasan mendalam, ketidakpercayaan pada hubungan dekat atau memiliki masalah kelekatan. (Harry Santosa, Fitrah Based Education hal 297)  
  • Keberadaan guru pendamping di PAUD yang hanya perempuan bisa mengganggu keseimbangan emosional dan rasional anak selaku siswa didik.  (https://m.facebook.com/indonesiaparenting/posts/487089238305266)
  • Rendahnya bonding terhadap orang tua, mengakibatkan anak menjadi pribadi yang tertutup atau minim pengetahuan tentang anggota tubuh yg boleh atau tidak boleh dipegang oleh orang asing, sehingga anak mudah menjadi korban ketika berada di sekolah/luar rumah.
Solusi sebelum menyerahkan anak pada institusi pendidikan dini, orang tua harus mematangkan bonding pada anak terlebih dahulu. Dalam buku CORETAN PENAKU SEBUAH WARISAN UNTUKMU diperkenalkan metode Engange Observe Watch Listen (EOWL) dalam mendampingi anak di awal kehidupannya agar kita peka terhadap kesiapan anak untuk memasuki dunia yang lebih luas. Pendampingan ini perlu dilakukan orang tua dan tidak menyerahkan sepenuhnya pendidikan dasar seksualitas pada sekolah.

Pendidikan Itu berupa (Buku bunda Sayang hal.166):
  • Untuk anak usia 1-5 thn: kenalkan Anggota Tubuh anak secara detail
  • Untuk anak 5-10 th: jawab pertanyaan dengan benar
  • Jalin komunikasi sehingga anak terbuka pada orang tua
  • Persepsi seks diarahkan pada jenis kelamin
  • Jelaskan perbedaan laki-laki dan perempuan secara fisik
  • Mengajarkan anak menghargai dan melindungi tubuhnya sendiri
Keputusan untuk menyekolahkan anak pada Sekolah Formal Usia Dini kembali kepada orang tua masing masing. Jika anak disekolahkan maka bonding antara anak dan orang tua harus diperkuat, orang tua tetap memantau kegiatan anak di sekolah dan mendampingi anak ketika dirumah. Jika anak tidak disekolahkan maka orang tua harus mendampingi belajar sambil bermain di rumah.

Penekanan pendidikan fitrah seksual pada anak usia dini adalah mengenalkan anggota tubuh mereka. Media yang bisa digunakan di rumah untuk mengenalkan fitrah seksual pada anak usia dini:
  1. Game Gambar dan Sebutkan TubuhmuOrang tua bermain dan belajar bersama si kecil, untuk mengenalkan bentuk tubuh secara langsung (dengan mengambar) sambil menyebutkan setiap anggota tubuh.
  2. Poster Anggota Tubuh. Poster di print dan di tempel kemudian belajar bersama si kecil.
  3. Lagu Anggota TubuhMemakai lagu anak-anak yang sederhana dan sudah dikenal anak lalu syairnya diganti dengan tema anggota tubuh. 
  4. Modul Pengenalan Anggota Tubuh. Berupa ebook yang berisi beberapa permainan untuk mengenalkan anggota tubuh yang bisa diprint dan digunakan untuk bermain sambil belajar bersama si kecil.

Diskusi kelas:
1. Normalnya sejak usia berapakah anak sudah punya rasa malu? Bagaimana cara menumbuhkan rasa malu pada anak?
Jawaban:
Perasaan malu pada anak mulai muncul pada usia 1 thn. Pada usia tersebut anak sudah mulai bisa membedakan orang asing dan orang yang dikenal. Perasaan malu tidak timbul secara tiba-tiba, melainkan dari tempramen anak sejak lahir dan pengaruh lingkungan thd anak.
Bila di usia 6,5 thn belum paham rasa malu, mungkin bagi si anak malu itu masih abstrak, sedangkan saat itu otaknya masih berpikir konkrit.

Orang tua juga bisa melakukan:
  • Jangan biarkan anak melepas pakaian dihadapan orang banyak
  • Tidak membiarkan anak beraktifitas ketika telanjang
  • Kenakan pakaian anak sendiri
  • Bicarakan bagian intim dengan cara yang baik
  • Ajarkan anak ketika menghadapi anak yg telanjang
2.  Bagaimana dengan alasan memasukan anak ke PAUD agar bisa hafalan juz amma, tahu pengenalan agama, karena dirumah ini hanya ibu yang berjuang mengenalkan agama, karena ayah dan keluarga besar berasal dari lingkunga non islam.
Jawaban:
Memasukkan anak ke PAUD dengan alasan hafalan juz amma, mungkin perlu dipertimbangkan lagi. Hafalan juzamma akan lebih mudah masuk ke memory anak dengan metode Talaqqi. Jika anak masih dibawah umur, menumbuhkan kecintaan anak terhadap Alquran lebih utama, baru mengajarkan hafalan al-Quran.
Namun bila dengan alasan ingin mengenalkan anak pada lingkungan yang islami, dapat diterima dengan syarat tidak dengan paksaan. Dan tujuan utamanya adalah mencintai Islam, tentu dengan banyak pendampingan juga di rumah. Untuk anak usia 3-5 hafalannya diperdengarkan jangan dipaksa tapi jangan terlalu lama selang seling dengan lagu anak.