Jurnal ke 1  :  "Meet The Mentor, But Still Needed a Mentee"


Alhamdulillah, setelah terseok-seok menjalani masaku sebagai ulat tak berbulu, berlanjut ke tahapan kepompong yang dipenuhi kegalauan, akhirnya aku berhasil terlahir menjadi kupu-kupu.

Kaget dan takjub rasanya, memandangi sayapku sendiri. Betapa jauh berbedanya aku kini. Sebelumnya, aku adalah ulat tak berbulu yang tak memiliki teman. Rupaku tak elok, dan aku pun tak mampu memanjat jauh hingga ke pucuk. Aku pasrah, mengunyah daun terdekat sambil terus berjuang, merayap menuju tempat yang lebih baik.

Kini, aku terlahir menjadi kupu-kupu. 

Tapi, aku masih bingung dan terlalu takut untuk mencoba terbang tinggi. Aku merasa sayapku terlalu rapuh untuk membawaku terbang lebih tinggi lagi. Aku takut, angin yang kencang akan menghempaskanku, lalu sayapku rusak dan aku tak bisa terbang lagi. Aku pun takut, tak bisa membantu bunga untuk menyebarkan serbuk sari mereka. Karena kupikir, aku kupu-kupu yang kecil.
Aku adalah kupu-kupu pemalu, penakut dan penuh kekhawatiran serta ketidak percayaan diri.

Karena itu, aku terlalu malu menawarkan diri menjadi mentor. Aku bingung, apa yang bisa kutawarkan kepada puluhan kupu-kupu cantik di taman bunga "Bunda Cekatan batch 1" ini?

Kemudian aku mendapatkan calon mentor yang sesuai dengan mind mappingku, yaitu mbak Rizqy Elviah. Kucoba meminangnya sebagai mentorku. Kami pun berkenalan. Kusampaikan keinginanku belajar padanya. Syukurlah, beliau sangat wellcome. 
Kini aku tinggal menunggu panggilan beliau untuk masuk ke ruang belajar.

Setelah itu, kuberanikan diri untuk mendaftar dan mengajukan diri sebagai mentor. 
Kucoba menawarkan pengalamanku di bidang editorial tulisan, meskipun mungkin hanya sedikit ini saja. Dan, hehehe.....sudah kuduga, sampai sekarang, aku belum mendapatkan mentee.

Ini lah saatnya aku untuk berani menampilkan diri. Tak lagi hanya menunggu ditunjuk, tapi mencoba untuk berani unjuk diri, tentunya sesuai dengan kemampuanku.



#jurnalke1
#tahapkupukupu
#buncek1
#institutibuprofesional