Mendongeng  (hari 4)


29 April 2018


Tadi adalah hari beratnya kak Fif. Ujian kelulusan sudah dimulai. Sejak sore tadi, kak Fif duduk serius di meja yang khusus disiapkan untuknya. Sementara itu, kak Taz dan dik Bit sedang bergurau di kamar bunda dengan didampingi eyang uti. Lantunan murottal mengisi seluruh ruangan rumah sehingga terasa sejuk dan tenang.

Bunda sedang sibuk di dapur menyiapkan camilan pesanan kak Fif dan makan malam. Tadi pagi sebelum berangkat ke sekolah, kak Fif berpesan ingin dibuatkan camilan untuk teman belajar nanti malam.

Tak berapa lama, kak Fif menyusul bunda di dapur dan meminta ijin untuk belajar di dapur saja. Ketika bunda bertanya kenapa, ternyata kak Fif merasa iri dan pingin bergabung dengan kedua adiknya yang sedang mendengarkan uti bercerita. Sambil tersenyum, Bunda pun menghibur kak Fif dan mengajaknya belajar di dapur saja sambil menikmati wanginya camilan yang sedang dalam proses masak.

Sambil meneruskan proses memasak, bunda mencoba mengajak kak Fif berbincang. Tiba-tiba, kak Fif bertanya, kenapa kok diberi nama shofwan. Kemarin pak gurunya bercerita tentang kisah perjuangan Rasulullah, dan menyebutkan tokoh bernama shofwan. Menurut pak guru, tokoh itu sangat membenci dan menentang rasulullah. Mendengar cerita pak guru tersebut, kak Fif jadi kepikiran.

Bunda pun kembali tersenyum, lalu membacakan salah satu ayat tentang hati manusia yang mudah berbolak-balik yang langsung disambung oleh kak Fif dan dilanjutkan dengan pertanyaannya tentang apa maksud bunda membaca itu.

Dengan lembut bunda bercerita, kisah salah satu sahabat Rasul yang menjaga istri rasul ketika hijrah. Saat itu, istri Rasul kehilangan barang berharganya lalu berbalik mencari tanpa memberitahu ke pimpinan rombongan hijrah sehingga beliau tertinggal. Sahabat Shafwan saat itu bertugas sebagai pasukan sapu bersih, sehingga ia berangkat paling akhir setelah memastikan seluruh anggota rombongan sudah berangkat dan tidak ada barang-barang kaum muslimin yang tertinggal. Saat itulah, sahabat Shafwan mengetahui jika istri Rasul masih tertinggal. Jadi segera ia membantu dan melindungi serta mengawal istri Rasul hingga selamat dari serangan musuh dan tiba di daerah pengungsian dengan selamat.

Kak Fif menyela, kok cerita pak guru seperti itu, ia jadi sedih dan malu. Untung teman-temannya tidak menyadari.

Kembali bunda membacakan doa penguat hati. Bunda membenarkan jika memang awalnya sahabat Shafwan itu sangat membenci Rasul karena dendam pribadinya. Tetapi ia dimuliakan oleh Allah dengan dikaruniai hidayah sehingga hatinya berbalik mencintai Islam dan menjadi pembela serta pelindung Rasul yang paling tangguh dan loyal. Akhirnya, derajatnya jauh di atas orang-orang yang lebih dulu ada di barisan kaum muslimin. Itulah keistimewaan sahabat Shofwan hingga akhirnya namanya diabadikan dalam kisah-kisah Sahabat Rasulullah serta dijanjikan surga baginya.

Melalui kisah sahabat Shofwan tersebut, bunda menekankan kepada kak Fif tentang :

  1. Perlunya meningkatkan kapasitas diri dan keterbukaan terhadap kebenaran.
  2. Perlunya membiasakan diri melakukan tabayun agar tidak terjebak dalam pikiran sempit.
  3. Bahwa jangan suka membagikan informasi setengah-setengah agar tidak memancing permasalahan. Sampaikan kebenaran itu dengan lengkap.
  4. Selain itu, bunda juga ingin membangun branding diri terhadap kak Fif bahwa dalam namanya tersemat nama sahabat Rasul yang istimewa. Diistimewakan karena dipilih Allah untuk menerima hidayah.

Kembali seulas senyum mengembang di wajah kak Fif disertai anggukan bahwa ia tidak akan berbuat seperti itu.




#tantangan10hari
#level10
#kuliahbunsayiip
#GrabYourImagination