Pelecehan Seksual Pada Anak


Penyaji : Kelompok 2




Latar Belakang Masalah

Fenomena sosial yang marak terjadi belakangan ini seperti LGBT, KDRT, kekerasan seksual thd anak, pergaulan bebas di kalangan remaja dll timbul salah satunya akibat kesalahan orang tua yang abai dalam menumbuhkan fitrah seksualitas anak yang sebenarnya telah terinstal sejak anak lahir ke dunia.

Maka dari itu membangkitkan fitrah seksual anak lalu melakukan pendidikan seksual secara bertahap menjadi sangat penting dilakukan untuk mencegah timbulnya fenomena2 tsb di atas.

Fitrah seksualitas adalah tentang bagaimana seorang berfikir,  merasa dan bersikap sesuai fitrahnya, sebagai laki-laki sejati atau perempuan sejati. Menumbuhkan fitrah ini sangat bergantung pada kehadiran dan kedekatan ayah dan ibu.

Sebaiknya anak-anak langsung dikenalkan dengan nama ilmiahnya, agar menghindarkan dari pentabuan. Hal yang tabu ini akan mendorong anak-anak mencari tahu secara sembunyi-sembunyi dan pada akhirnya akan menimbulkan masalah penyimpangan seksual pada anak. Orang tua harus menjadi pihak pertama secara jujur dan terbuka dlm menyampaikan hal yg berkaitan dng organ seksual dan pendidikan seks.

Pengertian

Pelecehan seksual merujuk pada tindakan bernuansa seksual yang disampaikan melalui kontak fisik maupun non-fisik, yang menyasar pada bagian tubuh seksual atau seksualitas seseorang. Tindakan ini termasuk siulan, main mata, komentar atau ucapan bernuansa seksual, mempertunjukkan materi-materi pornografi dan keinginan seksual, colekan atau sentuhan di bagian tubuh, gerakan atau isyarat yang bersifat seksual, sehingga mengakibatkan rasa tidak nyaman dan tersinggung.

Penyebab terjadinya kekerasan/pelecehan seksual pada anak:
  1. Riwayat pelecehan seksual masa lalu yaitu adanya tindakan yang pernah dialami oleh orang tersebut sehingga ada keinginan untuk melakukan perbuatan yang sama terhadap orang lain.
  2. Keluarga yang kurang harmonis yang menimbulkan rasa kurang kasih saying sehingga melampiuaskan permasalahan kepada orang lain.
  3. Benci terhadap anak-anak.
  4. Kelainan seksual dari pelaku yang menyebabkan selalu ingin melakukan perbuatan untuk menyalurkan hasrat seksualnya.
  5. Kontrol dan pengawasan terhadap anak yang kurang baik dalam bermain di rumah, di luar rumah atau di sekolah.
  6. Penggunaan media televisi, internet dan buku yang tidak terkontrol dan berlebihan khususnya yang menampilkan beberapa tayangan, gambar dan akses yang tidak boleh dilihat anak-anak.
  7. Pola dan bentuk permainan yang mempengaruhi untuk berperilaku menyimpang
  8. Pendidikan seksualitas yang tidak tepat
  9. Pengaruh lingkungan yaitu  berada di tengah tengah kehidupan yang serba bebas baik dalam berperilaku. 

Dampak yang ditimbulkan oleh pelecehan/kekerasan seksual pada anak:
  1. Dampak Psikologis: depresi, trauma, gelisah, merasa rendah diri, dan gangguan perilaku seksual.
  2. Dampak Fisik : cedera alat kelamin/ anus, menyebabkan infeksi/ penyakit menular seksual, menyebabkan kerusakan neurologis, yaitu terjadinya perubahan pada fungsi dan perkembangan otak.
  3. Dampak Sosial: korban pelecehan/kekerasan seksual pada anak sering dikucilkan dalam kehidupan social, hal yang seharusnya kita hindari karena korban pastinya butuh motivasi dan dukungan moral untuk bangkit lagi menjalani kehidupannya


Berdasarkan seminar Pede Bicara Seksualitas Pada Anak yang disampaikan oleh Bu Elly Risman di Solo akhir 2017 lalu, salah satu cara terbaik untuk membantu anak menghindari pelecehan seksual adalah dengan role play.


Diskusi kelas :

Pertanyaan:
Bolehkan ibu mandi bersama dengan anak laki laki, kalau boleh maksimal sampai umur berapa?

Jawaban :
Sebaiknya anak tidak mandi bersama dengan orang tua yang berlainan jenis terutama saat anak sudah dapat berkomunikasi dengan cukup baik.
Kalau menurut Bu Elly Risman dalam seminarnya di Solo bulan November lalu :
Bolehkah anak mandi bersama dengan orang tua? Boleh. Batasan mandi bersama anak adalah sampai anak berusia 2,5 tahun, itupun harus menggunakan kaos atau dalaman dan harus dengan orang tua yang sejenis. (Sumber : Elly Risman, Psi dalam seminar "Pede Bicara Seksualitas Pada Anak" di Solo, 18 November 2017)